Dihikayatkan dari imam asy-Syafi’i dan Muhammad bin al-Hasan bahwa keduanya melihat seorang laki-laki sedang berjalan ke arah mereka, lalu masing-masing mereka menebak pekerjaan orang tersebut. Kata imam asy-Syafi’i, “Dia itu seorang tukang kayu.” Muhammad bin al-Hasan berkata, “Dia itu seorang pandai besi.” Begitu orang itu mendekat, keduanya bertanya kepadanya mengenai pekerjaannya, maka ia menjawab, “Dulu profesiku pandai besi tapi sekarang sudah berprofesi sebagai tukang kayu.”
Seorang laki-laki yang dulunya pandai baca al-Qur’an bertanya kepada sebagian ulama, lalu mereka berkata kepadanya, “Duduklah, sebab aku mencium dari ucapanmu bau ‘kekufuran’.” Tak berapa lama setelah itu, orang tersebut muncul lagi, tapi sudah masuk agama Nasrani, wal ‘iyaadzu billah. Lalu ia ditanya, “Adakah ayat al-Qur’an yang masih kamu hafal?.” Ia menjawab, “Aku tidak hafal kecuali satu ayat saja, ‘Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim.’” (al-Hijr:2)
Abu Sa’id al-Kharraz berkata, “Di Masjid Haram Mekkah, aku melihat seorang laki-laki miskin yang tidak memiliki apa-apa dan hanya mengenakan pakaian yang menutup auratnya saja. Karena kondisinya itu, aku menghindarinya dan diriku jijik terhadapnya. Lalu ia memfirastiku seraya melantunkan firman Allah, “Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya.” (al-Baqarah:235) Maka aku pun menyesali atas sikapku tersebut dan memohon ampun kepada Allah. Lalu ia melantunkan ayat lagi, “Dan Dia-lah Yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan mema’afkan kesalahan-kesalahan…” (asy-Syura:25)
(SUMBER: Mi’ah Qishshah Wa Qishshah karya Muhammad Amin al-Jundi, juz II, hal.71-72)
Seorang laki-laki yang dulunya pandai baca al-Qur’an bertanya kepada sebagian ulama, lalu mereka berkata kepadanya, “Duduklah, sebab aku mencium dari ucapanmu bau ‘kekufuran’.” Tak berapa lama setelah itu, orang tersebut muncul lagi, tapi sudah masuk agama Nasrani, wal ‘iyaadzu billah. Lalu ia ditanya, “Adakah ayat al-Qur’an yang masih kamu hafal?.” Ia menjawab, “Aku tidak hafal kecuali satu ayat saja, ‘Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim.’” (al-Hijr:2)
Abu Sa’id al-Kharraz berkata, “Di Masjid Haram Mekkah, aku melihat seorang laki-laki miskin yang tidak memiliki apa-apa dan hanya mengenakan pakaian yang menutup auratnya saja. Karena kondisinya itu, aku menghindarinya dan diriku jijik terhadapnya. Lalu ia memfirastiku seraya melantunkan firman Allah, “Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya.” (al-Baqarah:235) Maka aku pun menyesali atas sikapku tersebut dan memohon ampun kepada Allah. Lalu ia melantunkan ayat lagi, “Dan Dia-lah Yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan mema’afkan kesalahan-kesalahan…” (asy-Syura:25)
(SUMBER: Mi’ah Qishshah Wa Qishshah karya Muhammad Amin al-Jundi, juz II, hal.71-72)
Post a Comment